Salah satu ragam berbicara yang sering digunakan dari dahulu sampai sekarang adalah pidato. Dalam seminar, perayaan, penataran, dan peringatan, pidato sering digunakan. Seseorang yang memiliki kemampuan berpidato dalam forum tersebut biasanya mendapatkan tempat di hati para pendengar. Itulah sebabnya banyak orang yang ingin berusaha untuk memiliki keterampilan berbicara dengan baik agar sanggup menyampaikan pidato di hadapan khalayak dengan baik pula.
1. Pengertian pidato.
Berpidato merupahkan satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud berbahasa lisan, berpidato mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, gesture, kontak pandang,dll.). dengan demikian, berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
2. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi:
a) Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
b) Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
c) Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
d) Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
e) Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
f) Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
3. kriteria Pidato yang baik.
Setiap orang yang berpidato pasti berusaha dan berharap pidato yang disampaikan dinilai oleg pendengarnya sebagai pidato yang baik. Pidato yang baik ditandai dengan kriteria:
a. isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung
b. isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar
c. isinya tidak menimbulkan pertentangan SARA
d. isinya jelas.
e. Isinya benar dan objektif.
f. Bahasa yang digunakan mudah dipahami pendengar
g. Disampaikan secara santun, rendah hati, dan bersahabat.
4. Tata cara dan Etika Berpidato.
Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan urutan untuk memulai, mengembangkan ,dan mengakhiri pidato. Sementara itu, etika berpidato merujuk kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung ketika seseorang berpidato. Langkah-langkah dan urutan berpidato secara umum diawali dengan pembukaan, sajian isi, dan penutup. Pembukaan biasanya berisi sapaan kepada pihak-pihak yang diundang atau yang hadir dalam suatu acara. Selanjutnya isi merupahkan hasil penjabaran gagasan pokok yang akan disampaikan dalam pidato. Sebagai hasil penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu dirinci sesuai dengan waktu yang disediakan. Penutup pidato berisi penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan dalam sajian isi, harapan, dan ucapan terima kasih (sekali lagi) atas partisipasi semua pihak dalam acara yang sedang berlangsung.
Etika berpidato akan menjadi pegangan bagi yang siapa saja yang akan berpidato. Nilai-nilai yang diperhatikan ketika berpidato, janganlah menyinggung perasaan orang lain, sebaiknya berupaya menghargai dan membangun optimism bagi pendengar. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, empati, dan persahabatan perlu diusahakan dalam berpidato.
Berikut ini merupahkan tata karma berpidato:
1. Jika berpidato dihadapan umum, hendaknya memerhatikan tiga hal berikut ini:
a. Berpakaian rapid an bersihm tetapi tidak bergaya pamer dengan memakai perhiasaan atau pakaian yang berlebihan.
b. Menggunakan kata-kata sopan dan jangan memperlihatkan keangkuhan, kesombongan, atau kepongahanm tetapi dengan rendah hati.
c. Jika berpidato panjang, agar tidak membosankan pendengar hendaknya diselingi humor, namun humor itu harus sopan.
2. Jika berpidato di hadapan wanita atau sebagian besar wanita dan yang berpidato pria, perhatikanlah kata-kata yang digunakan, hendaknya jangan sampai menyinggung perasaan.
3. Bila berpidato di hadapan orang-orang terkemuka, hendaknya mempersiapkan diri dengan sempurna, dengan demikian keyakinan kita akan tumbuh selain itu kita tidak perlu merasa rendah diri.
4. Jika berpidato di hadapan sesana golongan, kita harus terbuka dan terus terang dan dapat agak santai, namun jangan melupakan tata krama.
5. Jika yang mendengar pidato kita itu pelajara atau mahasiswa, kita harus mampu menyakinkan mereka dengan argumentasi yang logis.
6. Jika berpidato di hadapan pemeluk suatu agama kita harus menjaga jangan sampai ada suatu ucapan pun yang menyinggung martabat suatu agama.
7. Jika yang mendengarkan masyarakat desa, gunakanlah kata-kata atau kalimat yang sederhana sehingga pidato kita mudah dimengerti.
5. Menulis Naskah Berpidato.
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan dilakukan memang dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, apabila kegiatan berpidato itu dilakukan secara spontan tentu tidak perlu menulis naskah pidato sebelum kegiatan pidato dilakukan. Menulis naskah pidato hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tertulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato. Pilian kosa kata dan kalimat-kalimat serta paragraph dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak jauh beda apabila dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk menghasillkan naskah yang lain. Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan untuk kosa kats dalam menulis naskah pidato. Dengan demikian, sekalipun naskah pidato itu merupahkan bahan tulis yang dilisankan, sehingga konteks kelisanan perlu diperhatikan.
6. Menyunting Naskah Pidato.
Seperti halnya naskah makalah atau artikel, naskah pidato pun perlu disunting. Harapannya, melalui kegiatan penyuntingan naskah pidato yang akan dibawakan menjadi lebih sempurna. Hal yang perlu untuk disunting dalam naskah pidato yaitu isi, bahasa, dan penalaran. Isinya dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato, calon pendengar, dan kegiatan yang di gelar. Selain itu, isinya jug dipastikan apakah benar, representative, dan mengandung informasi yang relevan dalam konteks pidato. Penyuntingan terhadap bahasa diarahkan pada pilihan kosa kata, kalimat, dan penyusunan paragraf. Ketetapan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf menjadi perhatiann utama dalam kegiatan penyuntingan ini. Penalaran dalam naskah pidato telah dikembangkan dengan menggunakan penalaran yang tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, dan campuran.
7. Menyempurnakan Naskah Pidato Berdasarkan Suntingan.
Menyempurnakan naskah pidato setelah sunting, baik oleh penulis sendiri maupun orang lain, perlu dilakukan. Penyempurnaan itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan penalaran sebagaimana yang telah disunting di atas. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengganti kosa kata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya. Sementara itu, penyempurnaan paragraf dilakukan dengan memperbaiki koherensi dan kohesi paragraf. Untuk itu, penambahan kalimat, penyempurnaan kalimat atau pengilangan kalimat perlu dilakukan.
8. Sistematika Berpidato
Menyampaikan pidato berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan. Akan tetapi menyampaikan pidato bukan sekadar membicarakan naskah pidato di depan hadirin. Melainkan perlu untuk menghidupkan, menghangatkan, dan menciptakan interaksi yang hangat. Secara garis besar sistematik berpidato adalah seperti sebagai berikut:
1. Mengucapkan salam pembukaan dan menyapa hadirin.
2. Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan atau rasa syukur.
3. Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan gaya bahasa yang menarik.
4. Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato supaya mudah diingat oleh pendengar.
5. Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato
6. Menyampaikan salam penutup.
9. Factor penujang keefektifan Berpidato.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pidatonya sukses.
1. Pembicaraan dituntut seseorang yang bermoral. Jika pembicaraan bermoral tidak baik dan diketahui oleh pendengar, maka pendengar akan mencemooh.
2. Pembicaraan hendaknya sehat jasmani dan rohani sehingga penampilannya dapat bersemangat, gagah, dan simpatik. Jangan sekali-kali menunjukkan fisik yang lemah di hadapan khalayak.
3. Sarana yang diperlukan hendaknya cukup menujang, misalnya publikasi, jika pidato disampaikan di hadapan massa, pengeras suara yang memadai, waktu, dan tempat harus sesuai.
4. Jika berpidato di hadapan massa, harus diperhatikan volume suara, tingkat pengetahuan massa, keadaan social, kebiasaan, adat-istiadat, dan agama, waktu berbicara tidak begitu lama, pembicara harus sabar dan menyusuaikan gaya dengan massa.
10. Tujuan Pidato.
a) Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
b) Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
c) Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
11. Metode Pidato
Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.
Sumber : Bahasa Indonesia UNM.
0 komentar:
Posting Komentar