Perjuangan menuju kesuksesan memang tidak mudah, penuh dengan perjuangan. Bahkan sampai meneteskan air mata atau BAHKAN meneteskan darah. yah, itulah proses yang luar biasa. Setiap orang pasti menginginkan kesuksesan. tentu, kesuksesan dunia dan akhirat...
kali ini, saya ingin bercerita mengenai kisahku dalam menangkap beruang merah. Oke, tanpa basa basi lagi ye.. haha... *pembukaan yang aneh, tepok jidat.
Disimak yah,
Bismillah,
Beberapa jam lagi, negeri ini akan kutinggalkan untuk beberapa tahun. Koper dan tas lainnya sudah siap. Ustadz syam, Kak Bahrum, dan Kak Putra sudah siap mengangkat barang-barangku itu (terima kasih kak banyak). Dengan penuh rasa sedih yang kututupi dengan mimik bahagia, kaki ini melangkah demi langkah menuju depan Kampus UIKA, Bogor. Kendaraan lalu lalang dengan lambat, tumben hari itu macet, sempat khawatir sih, karena keberangkatanku pukul 18.45 WIB dan harus check-in 2-4 jam sebelum keberangkatan.
Kami menunggu taksi untuk mengantar ke Botani square, beberapa menit tak satu pun taksi yang muncul. Tapi, saya berusaha untuk tidak menampakkan kepanikanku meskipun sudah khwatir, karena sudah mau dzuhur. Dan Alhamdulillah, ada taksi.
Dengan setianya, Ustadz syam, kak bahrum, dan kak Putra mengantarku sampai ke Botan Square. Yah, siapa lagi yang bisa mengantar, karena keluargaku ada di Makassar. Sesampai di botani square, hal yang paling menyedihkan karena meninggalkan kakak ikhwah... sangat sedih, tidak ada lagi yang kutemani berjelajah kuliner, tidak ada lagi nge-soya , bubur pagi, dan diskusi kontemporer agama. Tapi, hati ini berusaha menyembunyikan meskipun didalam hati merontah-rontah.
Mereka keluar duluan, mengangkatkan barang-barangku menuju bus. ntah, apa yang terjadi jikalau saya sendiri, pasti sudah kecapekan apalagi dengan kondisi seperti ini. Subhanalllah, terima kasih kakak. Sempat khwatir apa yang akan terjadi dibandara, siapa yang mengangkat barang-barang berat ini. Nampak dari kejauhan, ustadz Syam membawa tiket bewarna biru. MashaAllah ternyata beliau bersedia mengantar ke bandara. Check per check, bus itu akan berangkat beberapa menit lagi.
Ah... Hal paling kubenci, perpisahan.
Berpisah lagi dengan kakak ikhwah, meskipun beberapa hari akrab namun, sudah kenal lama. Kernet bus itu sudah memberikan isyarat. Kami pun berpisah di terminal itu. Diatas bus, saya dan ustadz beristirahat, karena perjalanan bogor ke jakarta 1 Jam 30 Menit.
Airport Soetta.
beberapa jam lagi, akan meninggalkan negeri ini. Ya Allah, gak nyangka... mimpi ketika SD akan terwujud, ini seperti mimpi. Terlihat di monitor keberangkatan, Maskapai, Etihad-Abu dhabi- Moscow 18.45. Sudah menunjukkan pukul 2 lebih, saya putuskan untuk shalat dzuhur dan menjamak di mushaallah, setelah itu, saya menghubungi teman-temanku yang akan berangkat ke negeri itu. Namun, tak ada satupun yang membalas mungkin mereka sibuk karena akan berangkat jauh. Diri ini semakin panik, saya dan ustadz menunggu di GATE D2 menanti sebuah informasi. Setelah itu Alhamdulillah dapat informasi, bahwa sudah check-in. Dengan setianya, ustadz mendorong barang-barang beratku menuju keberangkatan. Akupun panik, pintu masuknya ada pemeriksaan tiket, pikirku, karena ketika ke jakarta seperti itu. Dan Alhamdulillah ternyata hanya pemeriksaan paspor. Saatnya berpisah dengan ustadz.
Bendungan yang kokoh.
Terlihat beberapa bule dan orang mengantri untuk boarding pas, dan ternyata membutuhkan TIKET.!!! pikirku, tiket itu akan dibagikan di bandara, dan ternyata tidak. Semakin panik, karena beberapa jam lagi pesawat akan berangkat sementara antrian makin panjang, Alhamdulillah terlihat kak Raisa, salah seorang penerima beasiswa itu didekat pemeriksaan dan beliau memberikan tiket. Aku pun antri bersama bule-bule. Akhirnya, giliranku... Buseettt, Koperku melebihi batas dan handbag ku ada 3 buah.
"Wah, mas ini terlalu banyak, tidak bisa seperti ini"
"Jadi gimana donk mbak?"
"Gini ajah, bayar dulu boarding passnya 150ribu"
Huh, ternyata hanya uang 100ribu yang ada dikantong. Pusing, sumpah.!! Psuing banget, mana yang antri banyak banget,
"Mas, gimana? kasian banyak yang antri"
"Ya sudah, aku narik uang dulu mbak, silahkan layani yang lain saja"
Dengan panik, saya berlari mencari ATM, dan apesnya gak ada ATM didalam.. Aku pun berlari mencari dimana tempat ATMnya, dan Alhamdulillah ternyata dapet. Akhirnya aku kembali kesana, dan terlihat sepi. Aku pun kembali mengantri, dan ternyata konter maskapai untuk etihad dibuka lagi disamping, dan aku pun sendiri di konter itu.
Aku mengangkat koperku, dan menimbang tasku yang lain dan ternyata 29 kilogram. Panik, sedih, pengen nangis, bercampur satu bagaikan gado-gado. Tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Mbaknya juga marah-marah karena terlalu banyak barang yang ku bawa,
"Mbak, bisa bantuin gak? aku gak tahu gini-ginian"
"Ya sudah sini"
Alhamdulillah di mbaknya membantu mengaturkan barang-barang, mrmbuka kembali koper dan memasukkan barang-barang yang kecil. Koper yang tadinya datar, kini berbentuk gunung dengan tonjolan-tonjolan. Terseralah yang jelas bisa masuk. Alhamdulillah boarding passnya sudah ditangan.
Warna-warni penuntut ilmu.
Setelah pengambilan boarding pass, saatnya pemeriksaan visa. Yah, mungkin 20 meter dari konter. Langkah ini semakin cepat, sempat heran banyak banget orang yang mengantri, mulai dari bule sampai orang indonesia yang akan keluar. Akhirnya, mengantri minyak tanah lagi. Buset, panjang banget antriannya. Terlihat didepanku, ada dua orang kakak laki-laki dan mbak dibelakangku.
"Mas, boleh lihat pasportnya"
"oh iyah, silahkan"
"Mas, cuman inikan?"
"Ya, mungkin"
"Mau kemana?"
"Mau kuliah nih mbak"
"Oh.. Kuliah dimana"
"Di Rusia, mbak?"
"Di Jerman, berlin"
(Gilaa, keren banget berlin euy) "Ngambil Program dan jurusan apa mbak?"
"S3, Teknik Sipil"
Buseeet, perempuan ngambil teknik... teknik sipil lagi, keren banget sumpah... Kakak di depanku tersenyum, beliau pun menyapa
"Mau kemana?"
"Mau kuliah kak, kakak?"
"Kuliah dimana? aku kuliah juga, di Francis"
"Di Rusia, Wah.. Francis? gila keren banget kak.. sendiri?"
"Nih, bareng teman... beliau ngambil S3 di Prancis juga"
Tiba-tiba mbaknya nyamperin,
"Kuliah dimana mas?"
"Francis, mbak?"
.......... speechless, percakapan tingkat tinggi.
Alhamdulillah tambah percaya diri lagi mendengar percakapan kakak-kakak luar biasa tadi. tiba-tiba ada seseorang yang menyolek dari belakang. Dan ternyata temanku yang lulus di turki. Hati ini sangat bahagia, karena telah diberikan kesempatan untuk belajar di negeri orang.
1 komentar:
subhanallah.....semoga Allah senantiasa menjaga antum akhi fillah
keep spirit 200%
Posting Komentar