Dia adalah
Sultan Muhammad II yang lahir pada 883H (1929), Sulthan utsmani ketujuh dalam
silsilah Utsman., bergelar Al-Fatih dan Abul Khairat, memerintahkan kurang
lebih selama 30 tahun dan berhasil membawa kebaikan dan kemulian bagi kaum
muslimin. Dia menjadi penguasa daulah utsmania setelah kematian ayahnya pada 16
muharram 885H (18 Februari 1451M), pada waktu itu umurnya baru 22 tahun.
Sultan Muhammad
al Fatih memunyai kepribadian yang unik dan menawan. Dia mampu menghubungkan
antara kekuatan dan keadilan. Semenjak mud, dia mampu mengungguli
teman-temannya dalam banyak ilmu yang dia pelajari di sekolah istana, menguasai
banyak bahasa yang berlaku `pada masanya dan sangat tertarik untuk mengkaji
buku-buku sejarah. Di kemudian hari, semua itu membantu pemantapan kepribadian
dalam menjalankan administrasi dan menguasai medan perang. Akhirnya, dalam
sejarah dia terkenal dengan gelar Muhammad al-Fatih berarti sang penakluk. Gelar
ini dia raih karena keberhasilannya menaklukkan konstantinopel.
Sulthan Muhammad
Al-Fatih mengikuti jalan yang ditempuh oleh ayah dan para leluhurnya dalam
melakukan berbagai penaklukan. Setelah menjadi penguasa daulah Utsmaniyah, dia
segera mengatur ulang administrasi Negara yang cukup kompleks, banyak yang
memerhatikan urusan keuangan Negara, mencari sumber-sumber pendapatan Negara dan
membatasi alokasi pembelanjaannya. Dia larang pemborosan dan penghamburan
harta. Demikian juga, Sulthan Muhammad Al-Fatif, memfokuskan pada pengembangan
dan pengorganisasian ulang batalyon-batalyon pasukan serta membuat daftar
khusus untuk mereka, menambah gaji dan memasok untuk mereka persenjataan modern
pada zaman itu.
Sulthan
Muhammad Al-fatih juga memperbaiki administrasi pemerintahan daerah. Berapa pejabat
lama tetap dia pertahankan posisinya di daerah mereka masing-masing. Namun ,
beberapa pejabat yang malas dan tidak serius dalam memerintah dia turunkan. Dia
meningkatkan kemampuan orang disekitarnya serta memperkuar mereka dengan
pengentahuan manajemen dan militer yang cukup baik. Semua ini turu membantu
dalam menstabilkan dan memajukan Daulah Utsmaniyah.
Setelah berhasil
melakukan perbaikan internal dengan pesat, Sulthan Muhammad Al-fatih mulai
memalingkan perhatiannya ke wilayah-wilayah Kristen di Eropa. Dia menaklukkannya
dan menyebarkan Islam di sana. Banyak factor yang membantu keinginan itu
terwujud. Di antaranya lemahnya kekaisaran Byzantiun akibat terlibat konflik
dengan Negara eropa lainnya. Selain itu, adanya perselisihan internal yang
menimpa seluruh wilayah dan kota eropa secara umum. Sulthan Muhammad Al-fatih
tidak hanya mencukupkan diri dengan dua factor tadi. Dia berusaha dengan serius
untuk meraih kemenangan dengan menaklukkan konstantinopel. Sebab, konstantinopel
merupahkan ibu kopta Kekaisaran Byzantium dan benteng strategis paling penting
bagi pihak Kristen untuk bergerak menyerang dunis islam selama beberapa kurun
waktu. Konstantinopel juga menjadi kebanggan kekaisaran Byzantium khususnya orang-orang
Kristen umumnya. Sulthan Muhammad Al-fatih menjadikan Konstantinopel sebagi ibu
kota Daulah Utsmaniyah. Dia ingin mewujudkan cita-cita yang mampu diraih oleh
para komandan pasukan islam telah mendahuluinya.
To Be continued.
Nantikan kelanjutannya...
Penaklukan Konstantinopel
0 komentar:
Posting Komentar